Rabu, 21 Oktober 2015

Menengok kembali kearifan lokal wilayah Kab. Banyumas Raya

SENI DAN BUDAYA BANYUMASAN

 

Kesenian khas Banyumas tersebar di hampir seluruh pelosok daerah. Kese-nian itu sendiri umumnya terdiri atas seni pertunjukan rakyat yang memiliki fungsi-fungsi tertentu yang berkaitang dengan kehidupan masyarakat pemilik-nya. Adapun bentuk-bentuk kesenian yang tumbuh dan berkembang antara lain:

Aksimuda, adalah kesenian bernafas Islam yang tersaji dalam bentuk atraksi Pencak Silat yang digabung dengan tari-tarian.

Angguk, yaitu kesenian bernafaskan Islam yang tersaji dalam bentuk tari-tarian. Dilakukan oleh delapan orang pemain, & pada bagian akhir pertunjukkan para pemain Intrance / Mendem

Aplang atau Daeng, Kesenian yang serupa dengan Angguk, pemainnya terdiri atas remaja Putri.

Begalan, adalah seni tutur tradisional yang digunakan sebagai yang digunakan sebagai sarana upacara pernikahan, propertinya berupa alat-alat dapur yang masing-masing memiliki makna-makna simbolis yang berisi falsafah jawa & berguna bagi kedua mempelai dalam mengarungi hidup berumah tangga.

Bongkel, Musik Traditional yang mirip dengan Angklung, hanya terdiri atas satu buah Instrument dengan empat bilah berlaras slendro, dengan nada 2, 3, 5, 6. Dalam pertunjukkannya Bongkel disajikan gendhing - gendhing khusus bongkel.

Buncis, yaitu perpaduan antara seni musik & seni tari yang disajikan oleh delapan orang pemain. Dalam pertunjukkannya diiringi dengan perangkat musik Angklung. Para pemain buncis selain menjadi penari juga menjadi pemusik & vokalis. Pada bagian akhir sajian para pemain Buncis Intrance atau mendem.

Calung, yaitu perangkat music khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong & kendang. Dalam penya-jiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal yang disajikan berupa gending-gending Banyumasan, gending gaya Banyumasan, Surakarta-Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransir ulang

Ebeg,adalah bentuk tari tradisional khas Banyumas dengan Properti utama berupa ebeg atau kuda kepang. Kesenian ini menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya. Biasanya dalam pertunjukkan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongan, penthul & cepet. Dalam pertunjukkannya ebeg diiringi oleh gamelan yang lazim disebut bendhe.

Lengger, yaitu jenis tarian tradisional yang tumbuh subur diwilayah se-baran budaya Banyumas. Kesenian ini umunya disajikan oleh dua orang wanita atau lebih. Pada pertengahan pertunjukkan hadir seorang penari pria yang lazim disebut badhud, Lengger disajikan diatas panggung pada malam hari atau siang hari , dan diiringi olah perangkat musik calung.

Sintren, adalah seni traditional yang dilaukan seorang pria yang mengenakan busana wanita. Biasanya kesenian ini melekat pada kesenian ebeg. Ditengah pertunjukkan ebeg para pemain melakukan intrance/ mendem, kemudian salah seorang pemain mendem badan, kemudian ditindih dengan lesung.Dan dimasukan ke dalam kurungan. Di dalam kurungan itu ia berdandan secara wanita dan menari bersama - sama dengan pemain yang lain. Pada beberapa kasus, pemain itu melakukan thole-thole, yaitu penari membawa tampah dan berkeliling arena untuk meminta sumbangan penonton.

Salawatan Jawa, yaitu salah satu seni musik bernafaskan Islam dengan perangkat musik berupa trebang jawa. Dalam pertunjukan kesenian ini memnyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barjanji.

Wayang Kulit Gagrag Banyumas, yaitu jenis seni pertunjukan wayang kulit yang bernafaskan Banyumasan. Di daerah ini dikenal ada dua gragak atau gaya, yaitu gragak kidul Gunung dan gragak lor Gunung. Spesifikasi dari wayang kulit gragak Banyumasan adalah nafas kerakyatannya yang begitu kental dalam pertunjukannya.

Bahasa dan Sastra - Di daerah Banyumasan berkembang bahasa jawa dialek Banyumasan. Banyak kalangan berpendapat bahwa bahasa Banyumasan adalah bahasa yang lebih tua dari pada bahasa jawa yang berkembang saat ini. Bahasa Banyumas memiliki spesifikasi berupa penggunaan vokal dan konsonan pada akhir kata yang diucapkan dengan jelas. Misalnya : tiba, sega, mangga, jeruk, manuk, kepadhuk, dan lain-lain. Pengucapan vokal dan konsonan seperti ini mirip dengan pola pengucapan pada bahasa Jawa Kuna, misalnya : "tan ana dharma mangrwa ". Dilihat dari kosa kata, bahasa Banyumasan memiliki kosa kata yang dekat dengan bahasa Kawi, misalnya : inyong mirip dengan ingong, rika sama dengan rika. Bahasa dalam Banyumasan biasa disebut dengan bahasa ngapak, umumnya dikenal warga bahwa orang-orang Banyumas sangat lekat dengan istilah Blakasuta atau cablaka yang artinya apa adanya, artinya bahwa orang Banyumas berbicara apa adanya tidak dibuat-buat. Maka jangan kaget buat kamu yang baru pertama kali menginjakan kaki di Kab. Banyumas ya.

Upacara Adat - Di daerah Banyumas terdapat berbagai bentuk upacara tradisi-onal yang unik dan khas berkaitan dengan sistem kepercayaan dan pandangan hidup masyarakatnya, antara lain:

Unggah-unggahan, yaitu upacara selamatan yang dilaksanakan pada setiap hari jumat kliwon pada bulan Ruwah bertempat Makam Bonokeling, desa Pekuncen, kecamatan Jatilawang.

Udhun-udhunan, yaitu upacara selamatan yang dilaksanakan pada setiap bulan Syawal di Makam Bonokeling, desa pekuncen, kecamatan jatilawang.

Baritan, yaitu upacara keselamatan ternak yang dilaksanakn setiap bulan sura di daerah Ajibarang dan sekitarnya melalui pementasan kesenian lengger.

Ujungan, yaitu upacara minta hujan yang dilaksanakan dengan cara adu manusia dengan properti sebatang rotan yang digunakan untuk memukul lawannya. Ujungan dilaksanakan pada mangsa kapat & kalima diwilayah kecamatan Somagede.

Cowongan, yaitu Upacara minta hujan dengan properti irus atau siwur yang dihias layaknya manusia sebagai sarana masuknya "indhang"/ roh arwah para leluhur. Cowongan dilaksanakan pada mansa kapat & kalima diwilayah kecamatan Somagede.

Penjamasan Pusaka, di daertah Banyumas ada 2 tempat yang melaksanakan upacara penjamasan pusaka, yaitu di desa Kalibening kec.Banyumas, dan sesa Kalisalak kec. Kebasen. Penjamasan Pusaka dilakukan tiap 12 Mulud dalam hitungan aboge.

Rajaban & Pembuatan Pager Jaro di masjid Saka Tunggal Cikakak Wangon, dilakukan prosesi pembuatan pager jaro yang mengelilingi seluruh kompleks masjid, dilaksanakan setiap tanggal 27 Rajab dalam hitungan aboge, mundur satu hari dari hitungan tahun Hijriyah.

Suran, Hampir semua masyarakat Banyumas mengenal upacara Suran. Yaitu upacara tradisional sedekah bumi yang ditujukan untuk tujuan Tolak Bala dengan cara bermacam-macam seperti ruwat bumi, upacara selamatan dimakam leluhur & lain-lain.

Sadranan, sebagaimana Suran hampir semua masyarakat Banyumas mengenal Sadranan, yaitu prosesi bersih kuburan yang dilanjutkan dengan kenduren. Sadranan adalah suatu bentuk upacara mengenang arwah leluhur dengan cara membersihkan makamnya menjelang pelaksanaan pelaksanaan puasa di Bulan Ramadhan.

Pakaian Adat - Banyumas memiliki pakaian tradisional yang sangat khas. Pada kalangan wong cilik di jumpai pakaian seperti lancingan, bebed wala, pinjungan, iketan, nempean dan lain-lain. Adapun pada kalangan priyayi dijumpai pakaian Beskap untuk kamu Pria sedangkan Nyamping untuk kaum Wanita. Apabila pakaian Adat ini diberdayakan secara maksimal untuk kepentingan wisata niscaya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

 

Artikel pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas
http://www.pariwisata.banyumas.go.id

Prolog Blog Kenali Budaya Kita

Salam Budaya!

Selamat datang di blog yang memfokuskan aspek seni, budaya melalui garis besarnya yakni tentang Kearifan lokal. Sebagai salahsatu warga negara Indonesia yang dinobatkan sebagai negara yang terdapat pada urutan 10 besar negara sepatutnya kita berbangga hati dengan segala keunikan yang dimiliki. Oleh karena itu melalui blog ini akan membawa pembaca dan pengunjung blog untuk lebih bangga dan dan jadi forum diskusi seputar kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia.
Blog ini dibuat dalam rangka melengkapi perkuliahan laras jurnalustik di jurusan Sastra Indonesia tepatnya di salahsatu universitas yang terletak di Jawa Tengah yang terkenal dengan panganan khasnya yakni mendoan. Yap.. Kami berasal dari Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED: red). Penggarapan blog ini terdiri atas pemuda yang bersatu menjadi sebuah tim yang saling mendukung untuk menjadi bagian yang ikut melestarikan kebudayaan Indonesia. Harapan kami, ini tidak hanya menjadi sebuah bagian untuk melengkapi nilai perkuliahan kami, namun juga bisa menjadi bahan diskusi terbuka masyarakat Indonesia dalam hal kesenian dan kebudayaan yakni cakupannya ialah Indonesia.

Sekian salam pembuka blog kami ini, selamat menikmati goresan dan usaha kami dalam turut serta menjaga kearifan lokal wilayah NKRI ini.

Semoga berguna. Tabik!